|
Semangat dan senyum karena perjalanan masih panjang dan berliku |
|
Sisi lain Pelabuhan Kayangan Labuhan Lombok |
Cerita ini tentang Pulau Sumbawa lagi dan lagi, sudah menjadi agenda rutin tahunan untuk saya dan teman-teman di kantor relaks sejenak mengganti view komputer dengan mengkesplorasi alam dan pantai di pulau Sumbawa. Tujuan utamanya tetap mancing, jalan-jalan, wisata alam dan pantai serta mencicipi kuliner. Misi khusus trip ke Sumbawa kali ini dan betul-betul di niatkan adalah mencapai air terjun Mata jitu yang pada trip sebelumnya selalu gagal di capai entah karena kelamaan memancing atau karena bahan bakar minyak perahu tidak cukup.
Perjalanan dari Bali dimulai hari Rabu malam tanggal 01 April 2015 dan tiba esok harinya sekitar jam 3an di Sumbawa. Waktu pastinya tidak bisa lebih tepatnya sulit di ukur karena tergantung jadwal kapal laut yang menyebrangkan kita sehingga kadang bisa molor hingga berjam-jam mulai dari pelabuhan Lembar atau di pelabuhan Kayangan. Penyebabnya sering karena dermaga tidak beroprasi maksimal yang menyebabkan kapal antre atau kerusakan mesin kapal. Memasuki kota Sumbawa kami berempat dari Bali transit sebentar di rumah teman saya Jhoni sebelum akhirnya kami memutuskan untuk langsung ke Ai Bari dan menginap malamnya di Pulau Moyo.
|
E-ticket to Sumbawa |
|
Siang hari di Port of Badas atau Labuhan Badas Sumbawa |
|
Pinggir pantai Ai Bari dengan latar Pulau Moyo |
Tiba di Ai Bari malam itu kami bertemu nelayan yang siap mengantar kami ke Desa Labuhan Aji Pulau Moyo karena targetnya adalah pagi-pagi kami akan langsung ke air terjun Matajitu. Kali ini saya mengikuti saran jhoni menggunakan jasa Pak Yakub karena biasanya kami mengunakan jasa Pak Min sekalian buat compare servis untuk next trip. Tiba di Labuhan Aji sekitar jam 10 malam setelah menumpang perahu sekitar 4 jam dari Ai bari kami mencoba spot mancing dan mendapatkan sekitar 6 ekor ikan jenis bunga baru dan jangki untuk dimakan esok paginya. Seluruh badan terasa pegal karena belum sempat istirahat setelah menempuh jarak Bali-Sumbawa plus mata makin mengantuk maka tidur di atas perahu adalah pilihan paling baik.
Pagi-pagi bangun dari perahu kami mendarat di pantai mempersiapkan kompor lapangan dan lilin parafin untuk membuat mie dan membakar ikan hasil tangkapan semalam buat sarapan pagi. Menu pagi ini kopi panas, mie goreng, ikan bakar dan istimewanya ada “nasi keras” kata teman saya nasinya keras cukup bikin gigi kaget entah kurang air saat memasak atau melambangkan kerasnya usaha yang masak tetep di makan juga sebagai bahan bakar sebelum menjajal medan treking.
|
Menunggu pagi di Labuhan Aji Pulau Moyo |
|
Suatu waktu di Labuhan Aji |
|
Cuaca cerah di pinggir pantai Labuhan Aji |
Jarak tempuh dari perkampungan kearah air terjum Mata jitu sekitar 4 sd 5 Km dengan medan terjal menanjak, kadang berbeton dan beberapa berbatu koral karena beton sebelumnya tergerus aliran air. Sepanjang jalan kami lalui dengan mulus dan treking ini baik untuk kesehatan, cukup menguras tenaga serta keringat terutama buat teman saya yang agak “berbobot” Pak Agung namanya. Biasanya kami di kantor main badminton selama 2 jam untuk membakar lemak dan perjalanan ini menguras keringat setara 2 jam waktu badminton kami pokoknya sehat dan recommended kata Pak Agung.
|
The team, we are here ready to treking |
|
Medan menanjak dan berbatu menuju Mata jitu |
|
Bersama Bang Farhan pemandu kita sepanjang jalan |
Singkatnya silahkan di lihat penampakan air terjun Mata jitu, pemandangan alamnya indah, airnya bening, menyegarkan mata dan badan jadi kurang klop rasanya setelah berjalan jauh berkeringat kalau tidak mencoba berendam sekalian. Segar, dingin (bukan iklan minuman) disertai rasa puas begitulah komentar teman-teman yang akhirnya sampai dan menikmati air terjun ini walaupun lama berendam rasanya tetap kurang puas juga merasakan segarnya air dan panorama alam disini jadi mungkin next time kita datang lagi (semoga).
|
Bagian hulu air terjun Mata jitu |
|
Top dan dingin kata pak Agung |
|
Keindahan relief dan pemandangan alami air terjum Mata jitu |
|
Bukan buaya darat yang lagi berendam |
|
Air terjum Mata jitu tampak belakang |
Puas dengan air terjun Mata jitu kami kembali ke desa labuhan aji dan makan siang sejenak diwarung-warung penduduk dengan menu bakso, gorengan tahu dan tempe, serta pelecing kangkung yang pedass tapi enak plus es teh dingin. Kami meninggalkan labuhan aji sekitar pukul 2 siang menuju next destination pantai Tanjung Pasir. Perjalanan dari labuhan aji memakan waktu sekitar 3 jam di atas perahu. Fokus kami berikutnya adalah trip memancing dan mancing. Akhirnya di hari ke dua ini kami transit di Tanjung pasir untuk beristirahat mempersiapkan alat pancing dan mencari ikan untuk hidangan makan malam. Sambil ngopi terlihat penampakan beberapa ayam hutan terbang kembali ke sarangnya dan babi hutan melintas di dekat kami duduk-duduk ngopi mungkin just want to know apa yang kami lakukan.
|
Hanya untuk keperluan fotografi ( meminjam mobil jeep Hotel Amanwana) |
|
Bakso, gorengan dan plecing paling enak di Pulau Moyo |
|
Jangan lihat modelnya, tulisan yang di tunjuk |
|
Rizal, Agung, Pak tut dan Bayu |
|
Tiga hingga empat jam berjemur menuju Tanjung Pasir biar makin item manis
|
|
Ngopi, santai sejenak dan mempersiapkan alat pancing |
Beruntungnya kami karena masing-masing mendapatkan ikan lauknya sendiri-sendiri total malam itu kami memancing land base mendapat 7 ekor ikan jenis baby GT dan jangki. Lapar, ikan segar , sambal terasi ABC dan tentunya mie kuah menjadi kombinasi kuliner yang paling pas malam itu. Kembali ke soal nasi, malam itu nasinya enak lembek setelah paginga mendapat sajian nasi keras, “ ini baru nasi” kata Pak Yakub nelayan yang mengantar kami sambil tertawa.
|
Pos Jagawana BKSDA di Tanjung Pasir |
|
Ikan bakar buat makan malam |
Malamnya kami memancing di sekitar pantai Tanjung Pasir dengan kedalaman 40m di spot pertama dengan tehnik dasaran naik ikan jangki, bunga baru, kerapu dan rekor terbaik saya GT 7 kiloan (maklum pemancing pemula). Ikan GT ini naik terakhir karena awalnya saya mancing dasaran dengan hand line dengan umpan ikan mengkawal sebutan Sumbawanya (anak tongkol) tetapi tidak ada hasil yang memuaskan hanya jangki kecil seukuran telapak tangan. Oleh Pak Yakub saya disarankan mencoba metal jig yang saya bawa karena kebetulan tidak ada arus maka saya turunkan metal jig 150gr dan mulai ngejiging. Hasilnya dari kedalaman 40 m naik satu kerapu sebagai pembukaan strike seukuran sandal dan terakhir di spot ini rekor terbaik saya GT 7 kiloan tergoda oleh metal jig saya dan landed dengan mulus di perahu.
|
Ikan GT rekor terbaik saat itu |
Tiba-tiba hujan turun dan kilat menyambar di sekitar lokasi sehingga kami memutuskan untuk berhenti memancing karena takut joran kami yang berbahan carbon disambar petir. Jangkar di tarik dan kami pindah lokasi kearah yang tidak ada hujannya masih di sekitar perairan tanjung pasir tetapi ternyata arus bawahnya lebih keras dan angin bertiup kencang. Jam menunjukkan pukul 02.00 dini hari kami memutuskan merapat ke pantai untuk tidur di atas perahu karena situasi tidak bersahabat dan hujam masih turun. Kami memilih berhenti memancing dan beristirahat karena esok hari perjalanan kembali dari Sumbawa ke Bali masih panjang dan melelahkan karena kami harus berangkat lebih awal sekitar jam 10 pagi agar jam 10 malam sudah sampai kembali di Bali.
|
Pak Yakub kapten kapal/perahu kami |
|
Memompa semangat, perjalanan jauh kembali ke Bali sudah menanti |
Sumbawa and Moyo Island…..terimakasih untuk keramahan, keindahan pantai
dan alam pulau Moyo serta spot mancingnya yang kaya potensi ikan. See
you next year...
Comments
Saya malah gak bisa mancing, padahal pakde saya suka banget mancing :D
Kalo mancing di Pulau Moyo dan sekitarnya kayaknya asal mas ariev nyemplungin kailnya dan asal ada umpannya pasti dapet trus bakar sendiri, itu mirip kalo ke Bali di Kedonganan kasi umpan 50ribuan sudah jadi ikan bakar plus sambal matah :D